Sebuah Planet Ditemukan Sedang Tercipta di Sistem Bintang Biner
Ilustrasi. Kredit: NASA/JPL
Astronomy - Sebuah struktur debu antarbintang berbentuk
sabit berhasil diamati di sekitar sepasang bintang (bintang biner). Para
astronom yang menemukannya percaya debu di bintang biner ini sedang
bergabung menjadi sebuah planet. Penelitian ini memberikan pengamatan
yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memahami bagaimana
pembentukan planet.
Fiksi ilmiah memiliki beberapa planet fiksi yang mengorbit bintang biner, yakni dua bintang yang saling mengorbit satu sama lain. Planet-planet fiksi tersebut di antaranya Tatooine maupun Magrathea. Sampai saat ini, para astronom memperkirakan planet dengan dua bintang induk yang disebut planet sirkumbiner cukup langka di alam semesta.
Namun, kita sekarang tahu bahwa sebuah planet bisa ada dan mudah tercipta di berbagai sistem bintang biner. Penelitian baru yang disajikan di pertemuan American Association for the Advancement of Science Sabtu (13/2) lalu mungkin membantu menjelaskan bagaimana ini terjadi. Penelitian dilakukan dengan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), sebuah teleskop radio yang merevolusi banyak pengetahuan di bidang astronomi.
"Sistem biner ini telah lama diketahui merupakan lokasi yang bagus untuk pembentukan planet melalui debu dan gas antarbintang di sana," kata Dr Andrea Isella dari Rice University dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Eureka Alert. "Citra dan data terbaru ALMA berhasil mengungkapkan rincian sebelumnya yang belum diketahui tentang proses fisik yang mengatur pembentukan planet di sekitar bintang biner ini, dan mungkin juga di sistem biner lainnya."
Sistem bintang biner yang diteliti Isella dan rekan-rekannya adalah HD 142527, berjarak sekitar 450 tahun cahaya dari Bumi dan merupakan bagian dari bintang muda yang terbentuk bersama-sama pada asosiasi Scorpius-Centaurus. Bintang-bintang ini telah ilmu pengetahuan yang berharga bagi para astronom untuk mempelajari proses pembentukan planet.
Fiksi ilmiah memiliki beberapa planet fiksi yang mengorbit bintang biner, yakni dua bintang yang saling mengorbit satu sama lain. Planet-planet fiksi tersebut di antaranya Tatooine maupun Magrathea. Sampai saat ini, para astronom memperkirakan planet dengan dua bintang induk yang disebut planet sirkumbiner cukup langka di alam semesta.
Namun, kita sekarang tahu bahwa sebuah planet bisa ada dan mudah tercipta di berbagai sistem bintang biner. Penelitian baru yang disajikan di pertemuan American Association for the Advancement of Science Sabtu (13/2) lalu mungkin membantu menjelaskan bagaimana ini terjadi. Penelitian dilakukan dengan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), sebuah teleskop radio yang merevolusi banyak pengetahuan di bidang astronomi.
"Sistem biner ini telah lama diketahui merupakan lokasi yang bagus untuk pembentukan planet melalui debu dan gas antarbintang di sana," kata Dr Andrea Isella dari Rice University dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Eureka Alert. "Citra dan data terbaru ALMA berhasil mengungkapkan rincian sebelumnya yang belum diketahui tentang proses fisik yang mengatur pembentukan planet di sekitar bintang biner ini, dan mungkin juga di sistem biner lainnya."
Sistem bintang biner yang diteliti Isella dan rekan-rekannya adalah HD 142527, berjarak sekitar 450 tahun cahaya dari Bumi dan merupakan bagian dari bintang muda yang terbentuk bersama-sama pada asosiasi Scorpius-Centaurus. Bintang-bintang ini telah ilmu pengetahuan yang berharga bagi para astronom untuk mempelajari proses pembentukan planet.
Citra komposit dari HD 142527 sistem. Warna merah adalah debu, warna
hijau dan biru adalah karbon monoksida. Kredit: Andrea Isella/Rice
University; B. Saxton (NRAO/AUI/NSF); ALMA (NRAO/ESO/NAOJ)
Pada cakram protoplanet milik bintang biner HD 142527, terlihat sebuah
bentuk sabit (ditandai dengan warna merah pada foto kedua di atas), yang
diduga disebabkan oleh medan gravitasi kompleks dari dua bintang yang
mengorbit satu sama lain.
Salah satu dari dua bintang biner HD 142527 ini memiliki massa lebih dari dua kali massa Matahari. Sementara satunya lagi, yang mengorbit pada jarak lebih jauh dari jarak Matahari-Saturnus, memiliki sepertiga massa Matahari, sehingga ratusan kali lebih redup.
Debu pada cakram bintang biner HD 142527 segarusnya mengelilingi dua bintang biner tersebut dengan sempurna, namun ternyata berbentuk sabit. Para astronom berspekulasi bahwa ini adalah hasil dari karbon monoksida, sebuah gas yang sangat dominan di dalam sistem bintang.
Dengan mengukur kepadatan debu di bagian terpadat cakran protoplanet HD 142527, para astronom menemukan bahwa planet yang sedang terbentuk mungkin merupakan planet gas seukuran Jupiter, atau planet berbatu seperti Bumi. Planet yang sedang terbentuk ini berada cukup jauh dari dua bintang induknya, yakni sekitar 5 kali lebih jauh dari jarak antara Matahari-Neptunus.
Makalah penelitian ini telah muncul dalam Publications of the Astronomical Society of Japan (baca versi .pdf / baca versi arXiv.org).
Salah satu dari dua bintang biner HD 142527 ini memiliki massa lebih dari dua kali massa Matahari. Sementara satunya lagi, yang mengorbit pada jarak lebih jauh dari jarak Matahari-Saturnus, memiliki sepertiga massa Matahari, sehingga ratusan kali lebih redup.
Debu pada cakram bintang biner HD 142527 segarusnya mengelilingi dua bintang biner tersebut dengan sempurna, namun ternyata berbentuk sabit. Para astronom berspekulasi bahwa ini adalah hasil dari karbon monoksida, sebuah gas yang sangat dominan di dalam sistem bintang.
Dengan mengukur kepadatan debu di bagian terpadat cakran protoplanet HD 142527, para astronom menemukan bahwa planet yang sedang terbentuk mungkin merupakan planet gas seukuran Jupiter, atau planet berbatu seperti Bumi. Planet yang sedang terbentuk ini berada cukup jauh dari dua bintang induknya, yakni sekitar 5 kali lebih jauh dari jarak antara Matahari-Neptunus.
Makalah penelitian ini telah muncul dalam Publications of the Astronomical Society of Japan (baca versi .pdf / baca versi arXiv.org).
No comments: