Meteor terang saat hujan meteor Leonid 2009. Kredit: Wikimedia Commons |
Meskipun biasanya hujan meteor Leonid menjadi salah satu hujan meteor terbaik setiap tahunnya, sepertinya tahun ini kemunculan lesatan meteor Leonid akan sedikit berkurang karena puncaknya terjadi hanya tiga hari setelah fase Bulan Purnama.
Pada tanggal 17 November, fas Bulan masih hampir 90 persen, yang mana cahayanya akan meredupkan kemunculan meteor-meteor kecil yang redup. Untuk mengamati hujan meteor, dibutuhkan lokasi pengamatan yang gelap tak berpolusi cahaya, bahkan dari cahaya Bulan.
Walau begitu, meteor-meteor besar dan terang diperkirakan masih bisa muncul. Hujan meteor Leonid bakal tampak memancar dari titik radian di konstelasi Leo. Rasi bintang ini akan terbit menjelang larut malam, sehingga pengamatan disarankan dimulai sejak tengah malam sampai menjelang Matahari terbit.
Hujan meteor Leonid akan mencapai intensitas sekitar 15 meteor per jam jika diamati di wilayah yang bebas polusi cahaya dan cuaca sedang cerah. Tapi tahun ini, karena ada Bulan, intensitasnya akan menurun menjadi sekitar 5 meteor per jam saja.
Untuk mengamatinya, Anda tidak membutuhkan teleskop atau teropong kecil sekalipun. Sebab pergerakan meteor-meteor ini akan sangat cepat, kira-kira 50 km per detik, sehingga pengamatan melalui teleskop hanya menyempitkan pandangan langit. Cara terbaik untuk mengamatinya adalah; tiduran sambil mengamati langit.
Sekadar informasi tambahan, hujan meteor Leonid berasal dari puing-puing atau debris komet 55P/Tempel-Tuttle. Komet ini melintasi Tata Surya bagian dalam setiap 33 tahun. Setiap kali mendekati Matahari, inti es komet ini bakal memanas, melepaskan partikel debu sepanjang jalur orbitnya. Setiap 17 November, Bumi melintasi bekas jalur orbit itu, maka terjadilah hujan meteor.
Selamat berburu meteor!
No comments: